Dunia memang di konstruksi seperti ini, beraneka, dan selalu berbeda, ada kaya dan ada yang miskin, ada yang punya dan ada yang tidak punya, ada yang senang dan ada yang menderita. Tidak adil? Justru disitulah keadilannya, ada keseimbangan di antara seluruh kekacauan dan ketidakadilan di mata manusia tersebut.
Bagi yang dilahirkan sejak kecil dari keluarga kaya raya dan tidak pernah kekurangan apapun, ajari dia cara memberi, karena ada kebahagiaan ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain. Bagi yang dilahirkan kekurangan, ajari di acara menghargai, karena ada kebahagiaan yang sama rasanya ketika mendapatkan sesuatu dengan perjuangan.
Hidup akan terus berputar dan situasi dapat berubah kapan saja. Kaya atau miskin sama saja, semua manusia, sama sama bisa mengeluarkan air mata, sama sama akan mengalami kebahagiaan, kesedihan dan kehilangan.
Kehilangan, adalah satu proses yang akan dilalui oleh semua orang karena semua yang di dunia tidak ada yang abadi. Dari tidak ada, menjadi ada, menjadi tiada kembali, lalu mungkin menjadi ada lagi (bagi yang percaya). Sesungguhnya kehilangan itu adalah rasa yang ada dan tiada tergantung bagaimana memaknainya.
Ketika kita kehilangan seseorang yang kita cintai, itu adalah rasa yang nyata dan kita akan selalu merindukannya. Akan tetapi kehilangan materi adalah sesuatu yang berbeda, kenapa harus merasa kehilangan akan sesuatu yang sebelumnya kita tidak punya? Resah kehilangan uang, padahal sebelumnya tidak punya uang, jadi kehilangan sesuatu yg bersifat materi tidak perlu diratapi mendalam.
Kehilangan tanpa ratap, adalah ikhlas. Pelajaran untuk naik ke derajat yang lebih tinggi sebagai manusia adalah ikhlas dan sabar. Sebelum bisa ikhlas kita tidak bisa sabar, begitupun sebaliknya.
Ikhlas terhadap segala yang pernah terjadi, sedang terjadi, dan apapun yang akan terjadi adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, akan tetapi dapat mendatangkan kelegaan yang mendalam ketika dilakukan. Dan balasannya adalah naik derajat sebagai manusia (bagi yang percaya).
Ikhlas dan sabar adalah sekeping mata uang dengan dua hal yang bersisian. Sabar adalah tingkatan berikut setelah ikhlas. Begitu pentingnya sabar, sehingga dalam Kitab Al Qur-an disebutkan beberapa kali, antara lain terjemahannya. “ Allah bersama orang-orang yang sabar” dan “demi waktu, manusia adalah golongan yang merugi, kecuali mereka yang beriman, beramal sholeh, menegakkan kebenaran dan berlaku sabar”.
Bahkan tidak semua nabi dapat berlaku sabar. Dalam Qur’an diceritakan bagaimana Nabi Yunus meninggalkan umatnya karena kurang sabar sampai akhirnya kembali setelah ditelan ikan paus. Bagaimana Nabi Zakaria bersembunyi didalam pohon mendengar bisikin iblis, ketika dikejar orang kafir sehingga berhasil ditangkap setelahnya, atau Nabi Musa yang tidak berhasil mengikuti seorang yang Sholeh karena kurang sabar melihat seluruh tindakannya.
Dan tingginya derajat orang sabar ketika digambarkan dengan indahnya dalam Qur’an tentang Ibrahim yang sabar dibakar api, Ibrahim yang sabar menunggu kelahiran ishak dan Ibrahim yang sabar menjalankan perintah qurban.
Ismail yang sabar menjawab perintah Allah untuk menyembelihnya dan Muhammad yang sabar menghadapi kafir quraisy yang meludahinya setiap hari.
Karena sabar adalah dasar akhlak bagi semua yang mengaku orang yang ber-Tuhan, baik islam maupun non islam. Sabar adalah dasar bagi membangun hubungan yang baik antar umat manusia, sabar lah yang akan melahirkan toleransi.